Her name is Aneesa. She is from Oman. Foto diatas menggambarkan dengan jelas perbedaan karakter kami. Aneesa sangat pendiam, kadang kami sampai tidak sadar ada dia di kelas atau tidak he he he. But she is a good mother. She have 4 kids and everywhere she wears that black abaya. She gave me two of her abaya also, and i love both of them. She can speak Arabic (of course), english and hindi. So basically she doesn't have problem going around and speak with local people.
Pertemuan dengan Aneesa di India ini termasuk unik dan lucu. Benar-benar skenario Allah yang luar biasa. Pertama, karena Aneesa memulai course agak terlambat. Kami sudah memulai course sekitar 2 pekan saat dia datang. Sepertinya karena ada kesalahan komunikasi sehingga dia tidak menerima informasi mulainya pelatihan. Aneesa memiliki anak bungsu dengan usia sekitar 8 bulan, and guess what, her daughter baby sitter is from Indonesia hahaha. Jadi beberapa kali saat dia chat dengan pengasuh bayinya, saya juga ngobrol dengan si mbak. Dari si mbak, saya juga tahu bahwa Aneesa dan keluarganya menerima dan memperlakukan si mbak dengan baik, seperti keluarga. Plus ditambah versi Aneesa, si mbak sangat menyayangi anaknya. Sebuah contoh yang ideal dari harapan orang-orang yang mengadu nasib di luar negeri. I will not mention the number but the salary of her baby sitter is higher than my salary :p .
Kebetulan yang kedua, adalah tentang setrika. Seperti yang lain, karena saya dan Pema (peserta pelatihan dari Bhutan) lebih sering explore area di Powai, kami membantu Aneesa dengan menunjukkan beberapa tempat survival. Saat itu saya sedang berusaha mencari setrika baju. Sebelum berangkat ke India, saya sudah hampir membawa pulang setrika mini dari rak etalase toko (beli maksudnya) tapi saya mengurungkan niat karena berfikir, ah masa' sih di India nggak disediakan setrika baju. Dan ternyata tidak saudara-saudara hahaha.
Jadi sebagian besar mereka mengandalkan jasa binatu aka laundry. Laundry di India ini sebenarnya laundry manual. Benar-benar tenaga manusia yang mencuci dan menyetrika baju. Tapi saya tidak tega menyerahkan kain-kain jilbab saya untuk dicuci bapak-bapak dan mas-mas yang mencuci dengan tenaga ekstra. Khawatir kain-kain tipis itu tidak sanggup menerima kekuatan tangan mereka. Jadi saya mencuci sendiri dan menjemur di balkon kamar hostel hampir setiap hari. Masalahnya adalah menyetrika. Sekuat apapun saya berusaha berhati-hati agar baju tidak terlalu kusut saat dipakai dan dijemur, tetap saja, saya memerlukan setrika baju. So mulailah hunting setrika. Dan tidak tahu kenapa, proses hunting setrika ini begitu rumit.
Membeli secara online ternyata item yang saya inginkan perlu berhari-hari untuk sampai. Mencari di Haiko, D-mart maupun pertokoan Galleria, tidak dapat. Bahkan saya pernah memasuki hampir semua toko elektronik di R-City Mall untuk mencari setrika. Saya ingin setrika yang kecil, yang memang untuk travelling. Kalau setrika normal, tentu sampai di rumah nanti akan jadi useless, karena di rumah saja sudah ada dua.
Dan suatu hari, kami mengajak Aneesa ke Powai plaza, sekedar mencoba siapa tahu ada setrika di sana. Ternyata masih nihil. Powai Plaza lebih mirip kompleks perkantoran daripada pertokoan. Sepulang dari Powai Plaza, alih-alih naik bajaj, kami berjalan kaki dan mampir di Galeria. Pema sempat iseng bilang, sudahkah bertanya di toko-toko disini semua, dan saya jawab sudah. Aneesa kemudian bertanya, sebenarnya saya mencari apa. Ketika saya jawab mencari setrika, dia tiba-tiba berseru, Hey, aku punya setrika! hahaha.
Dan berakhirlah pencarian setrika hari itu. Saya lupa hari apa. Tapi itu juga hari yang sama kami mencoba restauran halal di lantai 2 Galeria. Kami juga merekomendasikan restauran itu ke teman-teman muslim yang lain. Sejak saat itu, setiap pegawai Dawaat melihat wajah kami di lantai 2, mereka tahu, kami pasti akan memesan sesuatu disana, Garlic naan dari Dawaat restaurant is the best.
Malamnya, saya dan Pema, setelah makan malam, pergi ke kamar Aneesa untuk meminjam setrika bajunya. Dan inilah penampakan setrikanya.
Saat itu juga kami iseng memeriksa tulisan di setrika, dan ternyata setrika itu MADE IN INDONESIA ha ha ha. Ah sebuah skenario yang tidak disangka-sangka.
Perlu ribuan kilometer, Aneesa tergerak untuk berangkat shortcourse, mencari setrika berhari-hari dan tidak dapat, untuk bertemu orang Indonesia yang ingin meminjam setrika Made In Indonesia. Dan pada akhirnya Aneesa memberikan setrika itu sebagai hadiah untuk orang Indonesianya. Thank you Aneesa.
Sejak saat itu, setrika lebih banyak ada di kamar saya. Sesekali beberapa teman juga menggunakannya. Jadi sebenarnya pemakai setrikanya tidak cuma saya, semoga dicatat sebagai amal jariyah Aneesa ^_^ . Saat akan pulang, saya menghibahkan setrika itu, selain akan lebih bermanfaat, juga karena setrikanya 1000 watt, dan listrik di rumah saya cuma 900 watt hahaha.
By the way, thank you so much Aneesa, this little story between us really tell me how beautiful Allah make every story in our life. Sometime we just need to be more patient.
0 comments