Kalau ditanya kenapa dulu daftar shortcourse di ITC, sebenarnya saya tidak punya jawaban yang ilmiah. Saat memilih program studi shortcourse, pertimbangannya adalah yang kurang dari 6 bulan (karena saya tetap harus mengajar, dan course 6 bulan berarti mengajukan tugas belajar, yang prosedurnya amat sangat rumit), diawali setelah UAS semester ganjil dan berakhir sebelum pertengahan semester genap, dan bidang ilmu yang baru. Saat itu ada beberapa pilihan, pilihan yang paling banyak memenuhi persyaratan adalah Introduction to Geoinformatics dan juga bertepatan dengan akan dimulainya mata kuliah Sistem Informasi Geografis di semester genap. Dan sejak awal saat browsing tempat study, saya membaca literatur bahwa ITC akan menyediakan tempat tinggal di ITC Hotel. Biaya seluruhnya dibayarkan secara otomatis dari beasiswa StuNed oleh ITC.
Saya mendapat kamar di lantai 2 nomor 210. Hmm aksesnya bisa double karena berarti masih terjangkau naik tangga dan bisa juga memakai lift. Lebih sering memakai tangga sebenarnya, sekalian olahraga. Saya memakai lift hanya kalau jalan tidak sendirian dan sedang terburu-buru. Karena lantai 2 juga, masih ada akses WiFi, yang biasanya hanya penghuni lantai satu dan lantai dasar yang mendapat sinyalnya. Jadi akses internet pun ada pilihan, dengan kabel dan WiFi. Selama tinggal di Belanda saya tidak pernah mengaktifkan paket internet.
Saya memang memakai kartu Lebara, tapi hanya digunakan untuk sms ke tanah air. Saat berangkat, saya memakai kartu Mentari, dan tetap aktif selama di Belanda. Akan tetapi jika digunakan untuk reply sms, cepat sekali habis pulsanya, Rp. 7500/sms. Itu sebabnya saya menggunakan simcard Lebara, itupun diperoleh gratis, saya hanya membeli pulsanya saja. Komunikasi sebagian besar menggunakan whatsapp, BBM, email dan Facebook chat. Jadi keberadaan WiFi di lantai 2, membuat hape saya tetap bisa terhubung dengan internet. Jika ke kampus, ada WiFi kampus, dan kalau jalan-jalan, memaksimalkan WiFi di kereta (T-Mobile), stasiun (KPN) dan tempat-tempat umum yang menyediakan free WiFi.
|
Room 210 |
Kamar-kamar di ITC Hotel dibagi menjadi 2 sayap, Satu/dua angka pertama adalah nomor Lantai, dan dua angka selanjutnya adalah nomor kamar. Nomor kamar terdiri atas kamar yang nomornya dibawah 20 an dan diatas 20 an. Setiap sisi memiliki satu dapur bersama. Waktu check-in, karena diantar Rusydi, si resepsionis hanya menanyakan nama dan memberikan satu paket berkas yang sudah disiapkan oleh Admission ITC plus kunci kamar. Bahkan secara eksplisit, dia bilang sambil menunjuk Rusydi, he will explain what you have to do and going around here, have a nice stay ^_^.
Isi berkas seputar, apa saja yang harus dilakukan dan disiapkan saat pertemuan pertama keesokan harinya, dimana kelasnya, bagaimana mendaftar koneksi internet dan lain-lain. Rusydi juga memberitahu, untuk koneksi internet, kita dapat meminjam kabel dari resepsionis dengan meninggalkan deposit 5 Euro. Juga untuk dapur, masing-masing mendapatkan kunci laci dapur dengan deposit 20 Euro. Deposit akan dikembalikan saat kita memberikan kunci dapur dan kabel LAN kembali.
Setiap lantai memiliki jadwal untuk dibersihkan sepekan sekali, berbeda-beda. Untuk lantai 2, jadwalnya setiap hari Jum'at. Jadi kalaupun jum'at pagi, meninggalkan kamar berantakan maka sorenya, Anda akan menemukan kamar yang rapi dan bersih, selimut dan sprai diganti termasuk kamar mandi juga dibersihkan. Kaca jendela, balkon dan isi lemari es kecil di kamar juga memiliki jadwal kebersihan masing-masing. Yang perlu dilakukan hanyalah mencuci dan menyetrika baju sendiri. Ruang laundry ada di lantai dasar. Ada 4 (eh 3 apa 4 ya) mesin cuci, 1 mesin pemeras, 2 mesin pengering, dan 2 setrika di ruang laundry. Mesin cuci dan pengering perlu bayar, tapi mesin pemeras dan setrika gratis. Hanya sesekali saya menggunakan mesin cuci, karena biayanya lumayan. Kita perlu membeli koin seharga 4.4 euro di resepsionis untuk mesin cuci dan mesin pengering. Yang lebih sering, saya mencuci dua hari sekali, menggunakan wastafel di kamar, menggantung di kamar mandi sampai air tidak menetes, dan mendekatkan cucian dengan heater kamar, dalam dua hari cucian sudah siap disetrika.
|
Mesin cuci dengan instruksi kerja pemakaian |
|
Mesin pengering |
Oh ya, langkah menghemat selanjutnya adalah masak sendiri. Ada dua dapur bersama di setiap lantai untuk masing-masing sisi. Makan siang memang bisa membeli di cafetaria kampus. Tapi kalau makan malam diluar biayanya lumayan. Plus, lidah Indonesia saya tidak tahan dengan makanan disana. Saya sudah terbiasa tidak makan nasi, makan kentang dalam bentuk apapun bisa lah, tapi saya paling tidak tahan kalau tidak makan sayur. Secara di sana yang namanya sayur hanya ada dalam bentuk salad saja. Jadi isi paling banyak di kulkas di kamar adalah stok sayuran. Di dapur, ada kompor induksi, artinya alat masaknya juga harus yang bisa dipakai untuk kompor induksi, satu microwave, satu oven dan satu toaster.
Tiap kamar mendapat satu laci untuk menyimpan peralatan masak. Ada juga dua freezer besar yang berisi rak-rak untuk menyimpan makanan beku. Biasanya saya belanja daging sapi atau ayam dua pekan sekali di Swalayan yang menjual daging halal, ADA. Tidak semua mahasiswa memasak, seingat saya hanya dua kamar tetangga saya yang freezernya terisi dan sering berpapasan jika sedang memasak di dapur, yang dari India dan seorang lagi menempuh S2 dari China.
|
Freezer dengan label nomor kamar |
|
Papan pengumuman di dapur |
|
Kompor induksi |
|
Peralatan survival, satu pan, satu panci, pisau dan talenan |
|
Toaster dan Oven |
|
Microwave |
|
Wastafel..hmm untuk amannya saya punya spons cuci piring sendiri |
Di Lantai dasar, selain ada ruang laundry, juga ada ruang tempat bermain tenis meja, Globe untuk ruang belajar atau acara khusus, juga kotak surat untuk seluruh kamar. Satu pekan pertama, karena masih adaptasi dengan cuaca dingin yang menggigit, saya bahkan tidur dengan 3 lapis pakaian plus selimut tebal. Bulan kedua, baru berani kadang-kadang membuka pintu yang ke balkon. Bulan ketiga, heater saya hidupkan karena fungsi gandanya mengeringkan pakaian hehehe
|
Mesin printer, scan dan fotocopy yang terhubung dengan jaringan Follow-Me |
|
Deretan kotak surat penghuni ITS sesuai nomor kamar |
So far, ITC hotel tempat yang sangat nyaman untuk istirahat. Ada lemari besar yang hanya terisi seperempatnya oleh baju-baju saya, lemari untuk buku dan barang-barang, meja belajar, meja kecil dan TV yang berfungsi seperti radio hahaha TV itu hanya hidup kalau saya merasa butuh mendengarkan ada orang bicara, tidak semua channel berbahasa Inggris.
|
Salah satu sudut Lobby hotel, setiap duduk di meja ini dengan laptop, teman-teman pasti menebak, lagi pesan tiket jalan-jalan ya :p |
|
Colourful and nice sofa di Lobby hotel |
Yup, its a nice place to stay..
0 comments