Salah satu sahabat saya pernah bilang ke saya suatu waktu, kurang lebih kalimatnya seperti ini
Ya, perjalanan hidup saya, mengajarkan banyak hal untuk tetap waras, bersyukur dan tersenyum, then your life will be better ^_^
Di awal-awal latihan dulu, setiap pagi dan sore, saya menggunakan webcam di laptop untuk latihan. Setiap pagi, duduk di meja kerja dan take a click! di sore hari, setelah rusuh bolak-balik di dua kantor, another click. Hmmm memang ada perbedaannya, wajah fresh di pagi hari dan setelah bersentuhan dengan banyak pekerjaan di sore hari hehehe Kalau pagi-pagi dan wajah tetap terlihat stres, berarti sisa pressure hari sebelumnya terlalu berat hahaha
And i tried soo hard, learn to keep smiles.. tidak harus ada sesuatu yang lucu, atau lawakan, kadang menertawakan kebodohan dan kekonyolan diri sendiri juga cukup menghibur. Setelah tersenyum, kita sadar ada banyak hal di sekitar kita yang patut disyukuri dibandingkan menyesali keapesan kita.
Waktu di Belanda, salah satu teman pernah tertawa dan gak percaya waktu saya bilang saya pernah jadi orang yang pemarah ( iya sih dia beruntung nggak pernah lihat saya marah ), dan sisi melankolis sempurna saya kadang saya abaikan, karena saya belajar bahwa semua orang nggak sama, akan sangat melelahkan kalau menginginkan dunia ini sempurna dan jadi sangat membosankan kalau isi dunia ini orang-orang yang karakternya sama.
Jadi ceritanya, latihan senyum ini, membawa banyak berkah selama di Belanda. Bahkan, saya yang biasanya hanya mengeluarkan suara kalau ditanya pun, jadi belajar ngobrol dengan orang baru, ya sebagian besar karena memang semuanya orang yang baru dikenal kan?
Waktu mau beli bunga di BloemenMarkt, Amsterdam, ternyata penjual bunganya muslim, ngobrol dengan beliau dan saya dapat layanan yang sangat baik. Sebelumnya si Bapak penjual bunga agak bete karena banyak pengunjung yang tidak membeli bunga, tapi hanya sekedar foto-foto dengan bunga-bunga cantik di tokonya, plus gratisan satu pot bunga ungu untuk ulang tahun saya hehehe.
Kali lain waktu mengunjungi Zaanse Schaan, seorang Bapak tua bergamis membantu saya mengeluarkan peta dari mesin, yang kebetulan, tenaga saya tidak cukup untuk menarik tuas mesin tersebut. Sepulang dari Madurodam pun sama, tiga orang kakek dan nenek yang duduk di sekitar kami di kereta, ikut tertawa dan larut dalam percakapan ketika bercanda dengan teman-teman yang kebetulan tidak mendapat tempat duduk sepanjang Amsterdam-Enschede.
Sepekan sebelum pulang ke Indonesia, saat membeli souvenir di Amsterdam, saya yang membayar terakhir dibandingkan teman-teman, sempat ngobrol dengan penjaga toko, yang kebetulan muslim, dan saya mendapatkan discount hampir 15 euro, berupa penambahan item barang dan juga hadiah langsung, bebas memilih beberapa item souvenir.
Salah satu pengalaman yang berkesan adalah sepuluh euro yang saya peroleh dari ADA Supermarket. Jadi, 3 hari sebelum pulang, saya berencana memasak nasi uduk. Biasanya untuk belanja daging halal, saya membeli di ADA Supermarket. Hari itu meski sedang sangat sibuk dengan coding final project, saya menyempatkan belanja sendirian, biasanya selalu belanja dengan teman-teman.
Saat memesan daging saya sempat ngobrol dengan penjaganya, bahkan sempat membahas nama saya, dan mereka keukeuh nama saya berasal dari nama Aisyah, istri Rasulullah, meski sudah saya jelaskan nama saya Astria bukan Aisyah. Saat memilih sayuran pun saya sempat ngobrol dengan penjaga karena label harganya tidak ada. Pada waktu menunggu giliran di kasih, si bapak penjaga yang sama muncul, dan akhirnya kami malah ngobrol lagi, dia sempat bertanya apakah layanan dan daging disini good or not, dimana saya sekolah, saya tinggal dan lain-lain. Saya sempat menyatakan bahwa course singkat saya sudah hampir selesai dan rencananya hari Sabtu saya akan pulang ke Indonesia. Beliau menyatakan salam dan semoga selamat sampai tujuan, kemudian tiba giliran saya di kasir. Selesai membayar, saat sampai di pintu supermarket kemudian si Bapak menyusul dengan cepat dan menyelipkan sesuatu di kantong belanjaan. Saat tahu itu uang, saya bingung, what for? tapi si Bapak menepuk pundak saya, dan bilang, "its okey, that's for you, take care..". Mirip seperti Bapak kalau ngasih uang jajan sama anaknya. Dan saya pun hanya bisa berlalu, smile and say thank you. Sepanjang jalan ke Hotel, masih tidak habis fikir, ah..rezeki, memang harus disyukuri.
"Tri, kalau aku punya uang, aku bakal kirim kamu ke sekolah kepribadian, biar belajar bisa senyum.."Saya tidak tahu dia ingat atau tidak pernah mengucapkan kalimat tersebut, tapi sejak saat itu saya benar-benar belajar keras untuk tetap bisa tersenyum meski sedang sangat bad mood..gak selalu berhasil sih.. hehehe tetap saja, template wajah saya memang kalau sedang diam, sangat serius, cenderung terlihat sedang marah, apalagi kalau memang beneran marah hahaha
Ya, perjalanan hidup saya, mengajarkan banyak hal untuk tetap waras, bersyukur dan tersenyum, then your life will be better ^_^
Di awal-awal latihan dulu, setiap pagi dan sore, saya menggunakan webcam di laptop untuk latihan. Setiap pagi, duduk di meja kerja dan take a click! di sore hari, setelah rusuh bolak-balik di dua kantor, another click. Hmmm memang ada perbedaannya, wajah fresh di pagi hari dan setelah bersentuhan dengan banyak pekerjaan di sore hari hehehe Kalau pagi-pagi dan wajah tetap terlihat stres, berarti sisa pressure hari sebelumnya terlalu berat hahaha
And i tried soo hard, learn to keep smiles.. tidak harus ada sesuatu yang lucu, atau lawakan, kadang menertawakan kebodohan dan kekonyolan diri sendiri juga cukup menghibur. Setelah tersenyum, kita sadar ada banyak hal di sekitar kita yang patut disyukuri dibandingkan menyesali keapesan kita.
Waktu di Belanda, salah satu teman pernah tertawa dan gak percaya waktu saya bilang saya pernah jadi orang yang pemarah ( iya sih dia beruntung nggak pernah lihat saya marah ), dan sisi melankolis sempurna saya kadang saya abaikan, karena saya belajar bahwa semua orang nggak sama, akan sangat melelahkan kalau menginginkan dunia ini sempurna dan jadi sangat membosankan kalau isi dunia ini orang-orang yang karakternya sama.
Jadi ceritanya, latihan senyum ini, membawa banyak berkah selama di Belanda. Bahkan, saya yang biasanya hanya mengeluarkan suara kalau ditanya pun, jadi belajar ngobrol dengan orang baru, ya sebagian besar karena memang semuanya orang yang baru dikenal kan?
Waktu mau beli bunga di BloemenMarkt, Amsterdam, ternyata penjual bunganya muslim, ngobrol dengan beliau dan saya dapat layanan yang sangat baik. Sebelumnya si Bapak penjual bunga agak bete karena banyak pengunjung yang tidak membeli bunga, tapi hanya sekedar foto-foto dengan bunga-bunga cantik di tokonya, plus gratisan satu pot bunga ungu untuk ulang tahun saya hehehe.
Kali lain waktu mengunjungi Zaanse Schaan, seorang Bapak tua bergamis membantu saya mengeluarkan peta dari mesin, yang kebetulan, tenaga saya tidak cukup untuk menarik tuas mesin tersebut. Sepulang dari Madurodam pun sama, tiga orang kakek dan nenek yang duduk di sekitar kami di kereta, ikut tertawa dan larut dalam percakapan ketika bercanda dengan teman-teman yang kebetulan tidak mendapat tempat duduk sepanjang Amsterdam-Enschede.
Sepekan sebelum pulang ke Indonesia, saat membeli souvenir di Amsterdam, saya yang membayar terakhir dibandingkan teman-teman, sempat ngobrol dengan penjaga toko, yang kebetulan muslim, dan saya mendapatkan discount hampir 15 euro, berupa penambahan item barang dan juga hadiah langsung, bebas memilih beberapa item souvenir.
I got this money, err as a good bye present? hehehe |
Saat memesan daging saya sempat ngobrol dengan penjaganya, bahkan sempat membahas nama saya, dan mereka keukeuh nama saya berasal dari nama Aisyah, istri Rasulullah, meski sudah saya jelaskan nama saya Astria bukan Aisyah. Saat memilih sayuran pun saya sempat ngobrol dengan penjaga karena label harganya tidak ada. Pada waktu menunggu giliran di kasih, si bapak penjaga yang sama muncul, dan akhirnya kami malah ngobrol lagi, dia sempat bertanya apakah layanan dan daging disini good or not, dimana saya sekolah, saya tinggal dan lain-lain. Saya sempat menyatakan bahwa course singkat saya sudah hampir selesai dan rencananya hari Sabtu saya akan pulang ke Indonesia. Beliau menyatakan salam dan semoga selamat sampai tujuan, kemudian tiba giliran saya di kasir. Selesai membayar, saat sampai di pintu supermarket kemudian si Bapak menyusul dengan cepat dan menyelipkan sesuatu di kantong belanjaan. Saat tahu itu uang, saya bingung, what for? tapi si Bapak menepuk pundak saya, dan bilang, "its okey, that's for you, take care..". Mirip seperti Bapak kalau ngasih uang jajan sama anaknya. Dan saya pun hanya bisa berlalu, smile and say thank you. Sepanjang jalan ke Hotel, masih tidak habis fikir, ah..rezeki, memang harus disyukuri.
0 comments