Karena tiket kereta pulang yang dipesan baru berangkat Ahad malam dari Palembang, maka muncullah keisengan jalan-jalan bareng Destri. Ide ke Pulau Kemaro pun sebenarnya muncul tiba-tiba, karena yang lain berencana mengunjungi kerabat, jadilah menculik Destri buat menemani jalan-jalan. Destri kemudian mengontak temannya supaya anggota perjalanan bertambah ramai. Berbagai pesan dari tetua pun dikantongi, mengingat perjalanannya mungkin berbahaya buat orang yang tidak terbiasa dengan Sungai Musi.
Pulau Kemaro merupakan sebuah delta
kecil di Sungai Musi
, terletak sekitar 6 km dari Jembatan Ampera
. Pulau Kemaro terletak di daerah industri
,yaitu di antara
Pabrik Pupuk Sriwijaya dan
Pertamina Plaju dan Sungai Gerong. Berjarak sekitar 40 km dari kota Palembang. Pulau Kemaro adalah tempat rekreasi yg terkenal di Sungai Musi. Di tempat ini terdapat sebuah vihara cina (klenteng Hok Tjing Rio). Di Pulau Kemaro ini juga terdapat kuil Buddha yang sering dikunjungi umat Buddha untuk berdoa atau berziarah ke makam. Di sana juga sering diadakan acara Cap Go Meh setiap Tahun Baru Imlek. (yang ini nyontek dari Wikipedia :p).
Perjalanan dimulai dari perbatasan Palembang dengan Musi Banyuasin dengan naik Trans Musi, sampai di pemberhentian di kawasan Jembatan Ampera. Sebelum menawar perahu, tetap, menyempatkan diri foto-foto di sekitar Jembatan Ampera.
|
Ruang publik di sekitar Ampera |
|
Pasar 16 Ilir |
|
Jembatan Ampera |
|
Deretan Perahu di bawah Ampera |
Setelah puas foto-foto, kemudian Destri mengajak ke tempat tambatan perahu di bawah Ampera. Dengan tawar menawar yang alot, kami mendapat harga 90 ribu, untuk perjalanan pp ke Pulau Kemaro. Rasanya..hmmm luar biasa. Sensasi sport jantung menyeberangi Musi dengan kapal kecil tersebut, rasanya melebihi seramnya arung jeram. Hahaha arung jeram lebih aman, karena pertama memakai pelampung, kedua kalaupun jatuh biasanya sungai tidak dalam. Dan, kami bertiga yang naik perahu, ternyata sama-sama tidak bisa berenang dan kapal lumayan besar yang melewati Musi jelas memperlihatkan sungai ini pasti kedalamannya lumayan.
Ketika perahu mulai berjalan, kami sepakat untuk banyak-banyak berdo'a. Kuatnya hantaman air ke perahu juga terasa sekali karena dasar perahu berderak sepanjang perjalanan. Sesekali kami harus menghindari perahu besar, yang arusnya juga membuat perahu oleng. Sampai di Pulau Kemaro, akhirnya..semua memperlihatkan wajah stres perjalanan ^_^. Lama perjalanan sekitar 20-30 menit, pemilik perahu akan menunggu di dermaga Pulau Kemaro.
|
Pegangan kuat-kuat jika akan melewati kapal besar... |
|
Dermaga di Pulau Kemaro, perahu kecil di kiri itu perahu yang kami tumpangi |
Di Pulau Kemaro juga terdapat makam dari putri Palembang. Menurut
legenda setempat, pada zaman dahulu, seorang putri Palembang dikirim
untuk menikah dengan seorang anak raja dari Cina.
Sang putri meminta 9 guci emas sebagai mas kawinnya. Untuk menghindari
bajak laut maka guci-guci emas tersebut ditutup sayuran dan ketika sang
anak raja membukanya dilihatnya hanya berisi sayuran maka guci-guci
tersebut dibuangnya ke sungai. Rasa kecewa dan menyesal membuat sang
anak raja memutuskan untuk menerjunkan diri ke sungai dan tenggelam.
Sang putri pun ikut menerjunkan diri ke sungai dan juga tenggelam. Sang
putri dikuburkan di Pulau Kemaro tersebut dan untuk mengenangnya
dibangunlah Kuil.
|
Gerbang selamat datang di Pulau Kemaro |
|
Kisah legenda Pulau Kemaro |
Daya tarik Kemaro adalah Pagoda berlantai 9 yang menjulang di tengah-tengah pulau. Bangunan ini baru dibangun tahun 2006. Selain pagoda ada klenteng yang sudah dulu ada. Klenteng Soei Goeat Kiong atau lebih dikenal Klenteng Kuan Im dibangun sejak tahun 1962.
Di depan klenteng terdapat makam Tan Bun An (Pangeran) dan Siti Fatimah
(Putri) yang berdampingan. Kisah cinta mereka berdualah yang menjadi
legenda terbentuknya pulau ini. Kalau sampai disini, jangan lupa bawa air minum. Meski langit mendung, udaranya cukup membuat gerah. Di sekitar bangunan pagoda juga ada penjual minuman dan makanan kecil. Di beberapa bagian pulau ada beberapa bangunan yang masih dalam proses dibangun. Nah, berikut adalah dokumentasi bangunan yang ada.
Kami tidak terlalu lama di Pulau Kemaro, datang, foto-foto, beli es kelapa muda, kemudian balik ke Jembatan Ampera karena janjian jam 11.30 dengan Cicik Lastri disana. Perjalanan kembali ke Ampera relatif tenang, ternyata karena pada saat berangkat perahu melawan arus, maka efeknya lumayan buat stres.
0 comments