Karena daerah kost dekat kampus ITS, perumahan disini cukup padat. Sedikit sekali ruang yang disediakan untuk menjadi halaman rumah atau ruang kosong, semua dimaksimalkan menjadi rumah tinggal. Rumah-rumah yang berdekatan, tentu menjadi sensasi tersendiri. Saya sering kaget, jika tengah malam, ada teriakan tukang sate lewat. Kamar kost saya terletak paling depan, di lantai 2, jadi suara dari luar bahkan jauh lebih terdengar daripada suara dari lantai 1. Tidak jarang obrolan tetangga didepan terdengar sangat jelas sekali. Tukang sayur setiap jam sepuluh dan tukang-tukang lain yang berkeliling silih berganti.
Ah ya, saya akan bercerita tentang seorang anak kecil, tetangga dekat kost, sebut saja namanya Akna. Usianya, mungkin sekarang sekitar usia anak SD kelas I atau II, waktu pertama kenal dulu dia masih TK. Si Akna ini selalu membuat heboh, setiap pagi, siang dan sore. Terutama jika pagi hari, kehebohan ini biasanya lebih dari siang dan sore. Mungkin karena saat itu peak time hehehe, ada yang akan pergi kerja, sekolah dan lain-lain, silang kepentingan dan keinginan terjadi dimana-mana. Secara umum, Akna sebenarnya ramah, dia juga tidak takut berkenalan dengan orang baru. Tapi rasanya semua yang kenal Akna sepertinya bisa sepakat, Akna sangat aktif. Ada saja ulahnya. Kadang-kadang ulahnya tidak mengundang senyum, tapi juga sangat mengundang keinginan lain, pengen jitak! :p
Tidak jarang ulah Akna membuat orang-orang disekitarnya kehilangan kesabaran. Dan, keluarlah kalimat -kalimat keras dan tidak jarang makian. Yang sangat saya kaget adalah, Akna dengan sangat baik, bisa mengulang kalimat keras dan makian itu. Saya tidak bisa mengulang semua kalimatnya apa saja, tapi buat yang tinggal di Surabaya atau kenal orang Surabaya, mungkin tahu kalau kosakata makian disini cukup banyak :(. Anak memang penyerap lingkungan yang sempurna.
Mungkin kita sering bertemu dengan hal-hal seperti ini, cukup dipahami, tingkah si anak, bisa saja membuat emosi naik ke ubun-ubun, Ibu (atau keluarga yang dekat lainnya) kadang menumpahkan emosi dengan kata-kata. Yang membuat tercenung, kadang makiannya terkait dengan masa depan. Misalnya mengatakan "Woo goblok kon" atau " dasar bocah nakal, suk dadi penjahat wae "
Glegh..
Lha, apa yang terjadi kalau anak-anak itu benar-benar jadi bodoh sampai tua atau benar-benar jadi penjahat di kemudian hari? T_T
Saya teringat sebuah kisah dari sebuah kajian..
Seorang bocah mungil sedang asyik bermain-main tanah. Sementara sang ibu sedang menyiapkan jamuan makan yang diadakan sang ayah. Belum lagi datang para tamu menyantap makanan, tiba-tiba kedua tangan bocah yang mungil itu menggenggam debu. Ia masuk ke dalam rumah dan menaburkan debu itu diatas makanan yang tersaji.Tatkala sang ibu masuk dan melihatnya, sontak beliau marah dan berkata,
Tahukah Anda siapa anak yang dimaki oleh ibunya dengan do'a agar menjadi imam di Masjidil Haram? beliau adalah Syeikh Abdurrahman as-Sudais, Imam Masjidil Haram yang nada tartilnya menjadi favorit kebanyakan kaum muslimin di seluruh dunia. Subhanallah..“idzhab ja’alakallahu imaaman lilharamain,” Pergi kamu…!! Biar kamu jadi imam di Haramain…!!”
Semoga kelak, kita bisa lebih berhati-hati dengan lisan
Keputih, 18 November 2012
photo source : http://sweetvioletta.blogspot.com/2012_07_01_archive.html
0 comments