Perlu empat tahun untuk membuatku bisa menulis tentang sepekan itu tanpa berhenti
Menceritakan tentangnya selalu membuatku meneteskan air mata
Hari ini sepuluh tahun berlalu, dan rindu ini masih sama
Aku mengaguminya.. lebih dari laki-laki manapun yang kutemui dalam hidupku
Dia tak sempurna, pasti, sebagaimana manusia adanya
Dia tak tampan, ah kurasa bukan karena alasan fisik dulu ibuku menerimanya
Dia tak kaya, hmm keluarganya ya.. tapi sampai akhir hidupnya, jarang sekali dia memanfaatkannya
Dia tak jenius, tapi aku tahu, dia selalu belajar dan menginspirasi banyak orang untuk terus belajar
Dia tak banyak berkata, tapi mencontohkan dengan sikap dan perbuatannya
Ah, tahukah kau, apa saja yang telah ia lakukan hingga aku sangat mengaguminya?
Dia jujur pada umumnya,
Setiap bulan, dia letakkan slip pembayaran gaji dan alokasinya,
hingga kami tahu bagaimana kami menghargai setiap pemberiannya
Dia melarangku les menari
Tapi tetap menandatangani form pendaftarannya dan membiarkanku mengikuti latihannya
Hingga bertahun kemudian aku menyadari apa maksud larangannya
Dia berkomitmen pada posisinya
Pernah suatu ketika saat kelas lima, aku ternganga
Dihadapanku, dia menjadi juri suatu lomba, ah dia yang pertama mengurangi nilaiku
Padahal sejam sebelumnya dia mengantarku ke sekolah tanpa berkata suatu apa
Setahun setelahnya..
Aku tetap bertemu dengannya, pada lomba yang sama
Dan tak berkata-kata, kecuali sebagai juri dan peserta
Dia selalu menunggu
Seberapapun terlambatnya kendaraan umum sampai di pelosok rumahku
Dia tak pernah ingkar pada janjinya menjemputku
Karena jika tidak, aku harus berjalan kaki beberapa kilo
Sejak memulai bangku sekolah menengah
Hingga saatnya mengakhiri masa-masa kuliah
Dia memberi uang pendaftaran SMAku
Saat itu tak ada yang mendukungku, aku ingin kuliah
Yang lain memintaku sekolah kejuruan, karena aku perempuan, buat apa kuliah
Dia tak banyak bicara, memberiku uang dan berkata, kalau mau masuk SMA, daftarlah sendiri
Sejak itu aku tahu..
Aku harus berjuang mewujudkan mimpiku..
Dia tak banyak berkata.. tapi..
Dia tak pernah membuatku merasa buruk di saat terbaikku maupun di saat terendahku
Dia memang tak memujiku saat aku memenangkan lomba-lomba dan prestasi itu
Tapi dia tak merendahkanku saat aku tak menerima Indeks Prestasi terbaik
Dia tak peduli, berapa banyak jerawat diwajahku atau berapa berat badanku
Ah, kau tahu, dialah guru pertamaku dalam memasak, menyapu, mencuci atau membuat kopi
Dia membiarkanku memasak sesuai caraku
Mengunyah tanpa protes rasa dan hasilnya
Baru kemudian menunjukkan bagaimana sebaiknya
Dengan diamnya, aku merasa dia menerimaku, tanpa syarat…
Tak kan habis kataku bercerita tentangnya…
He..just there..
Ada kalanya dia marah, aku tahu, tapi tak pernah dia memakiku
Ada kalanya dia kecewa, aku tahu, tapi tak pernah dia serius mencelaku
He.. just there..
Menatapnya terakhir kali dibus yang membawanya dan tak pernah kembali
Aku melihatnya sekilas saat berjalan menuju bis
melihatnya menghapus air mata lewat jendela bis
Saat itu ribuan orang tumpah, sesak dan padat
Mengenang suara dan pesan terakhirnya
Bahkan janji mencetakkan pas foto saat pernikahannya pun belum kutunaikan
He.. just there..
dengan diam dan sikapnya, aku tahu dia percaya padaku
He i the man i trust a lot.
Awal tahun ini, Allah maha baik
Aku bisa dekat dengan tempat istirahat terakhirnya
Berkali melakukan shalat jenazah ba'da shalat wajib disana
Selalu terselip doá-doá terbaik untuknya juga
Semoga, Allah mempertemukan kami semua di surga-Nya
( a memory : M.Ali.AS.BA, 5/05/1951 – 14/12/2007 ,
berbaring disisimu terakhir kali malam jum’at,11.00
melihatmu terakhir kali hari jum’at, 7/12
berbicara denganmu terakhir kali malam jum’at,11.00
menghembuskan nafas terakhir Mekkah, ba’da shalat jum’at , 14/12)
-- Repost again from 30 Juni 2017
-- Repost from facebook notes,
* title is inspired from sang pemimpi, book and the movie
* picture from https://www.pinterest.com/pin/256564509992114690/
* picture from https://www.pinterest.com/pin/256564509992114690/
0 comments